Minggu, 18 Maret 2018

Terumbu Karang Kepulauan Seribu


            Kepulauan Seribu merupakan salah satu destinasi wisata favorit di daerah Jakarta karena lokasinya yang indah. Hanya dengan menempuh 1-3 jam perjalanan, masyarakat sudah dapat menikmati pemandangan laut dan terumbu karang yang indah serta dapat melakukan aktifitas menyenangkan di pantai, contohnya berenang, snorkeling, memancing, dan bermain permainan air lainnya. Di Kepulauan Seribu juga terdapat suaka alam marga satwa Pulau Rambu, tempat untuk membudidayakan penyu.
            Kunjungan warga ke Pulau Seribu sangat tinggi, terutama pada akhir pekan atau hari libur lainnya. Seringkali, jumlah pengunjung yang datang melebihi kapasitas kapal pengangkut penumpang. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat sangat tertarik dengan keindahan Kepulauan Seribu.
            Selain pemandangan dan permainan air, terumbu karang juga merupakan objek wisata yang menarik pengunjung untuk datang ke Kepulauan Seribu. Banyak wisatawan asing yang sengaja datang ke Kepulauan Seribu untuk snorkeling menikmati pemandangan bawah lautnya.  Kepulauan Seribu sangat cocok bagi pemula snorkeling karena terletak diteluk jakarta sehingga memiliki pemandangan bawah laut yang begitu mempesona dan menakjubkan.
            Terumbu karang memiliki fungsi lain selain untuk objek wisata, fungsi lain dari ekosistem terumbu karang menurut Winarso & Hasyim (1996) adalah sebagai pelindung pantai, tempat bermain, mencari makan, dan berlangsungnya siklus biologis, kimiawi, dan fisik dari biota yang tinggal di ekosistem tersebut. Karang juga dapat digunakan sebagai bahan obatobatan seperti rangka kapur yang digunakan dalam operasi tulang.
            Karena terumbu karang memiliki banyak fungsi, maka pada Kepulauan Seribu sering diadakan penilitian untuk memastikan terumbu karang tetap terjaga dan tetap berkembang. Diharapkan dengan terumbu karang yang tetap terjaga dapat meningkatkan populasi ikan di Kepulauan Seribu.
Tetapi sayangnya, pada kenyataannya kehidupan terumbu karang terancam oleh aktifitas-aktifitas menusia seperti pencemaran, pembangunan resort atau jalan serta penangkapan ikan dengan bom dan racun. Ekosistem terumbu karang mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar. Hal ini mendorong masyarakat mengambil sumberdaya yang terdapat pada terumbu karang  secara berlebihan (over exploitation) serta kurangnya memperhatikan tentang kaidah-kaidah konservasi terumbu karang.  Adanya asumsi bahwa sumberdaya yang berada di alam, termasuk ekosistem terumbu karang adalah milik bersama (common property), sehingga bila tidak dimanfaatkan sekarang, maka akan dimanfaatkan orang lain (tragedy of common) di masa depan. Asumsi tersebut menyebabkan banyaknya orang yang berlomba-lomba untuk memanfaatkan terumbu karang. Tetapi sayangnya mayoritas masyarakat yang mengeksploitasi terumbu karang menggunakan racun cyanida, bahan peledak, muro ami, dan bubu yang merusak ekosistem terumbu karang.  
Selain kegiatan manusia, terdapat kegiatan lain yang dapat merusak terumbu karang. Menurut hasil penelitian anggota Yayasan Terumbu Karang Indonesia (Terangi), pada tahun 2013, kondisi terumbu karang terparah berada di Pulau Panjang karena adanya landasan pacu pesawat Cesna. Hal tersebut menyababkan terumbu karang di sekelilingnya mati. Hanya tersisa tutupan karang hidup sebesar 1%.
Kemudian, terdapat juga 13 sungai yang bermuara di Kepulauan seribu. Sungai-sungai ini membawa berton-ton limbah yang mencemari air di Kepulauan Seribu. Saat terjadi banjir di Jakarta, air banjir tersebut juga akan mengalir ke sungai yang bermuara di Kepulauan Seribu. Hal ini mengakibatkan banyak ekosistem yang rusak.
Berdasarkan hasil riset anggota Yayasan Terumbu Karang Indonesi (Terangi), kondisi tutupan karang hidup di Kepulauan Seribu termasuk kategori sedang, dengan presentase tutupan karang hidup antara 27%-30%. Jika tidak dikelola dengan baik, maka akan semakin banyak terumbu karang yang rusak dan dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem laut di Kepulauan Seribu.
Kerusakan terumbu karang ini mempuyai dampak yang sangat merugikan yaitu sebagai berikut:
a.         Hilangnya Tempat Hidup dan Berkembang Biak Biota Laut
Ikan di laut dan hewan lainya seperti penyu, kerang, cumi-cumi, bintang laut dan teripang memanfaatkan terumbu karang sebagai tempat bertelur dan berkembang serta tempat berlindung. Terumbu karang memiliki banyak ruang dimana ikan dan hewan kecil lainya bisa bersembunyi dari mangsa. Sehingga tempat ini adalah tempat ideal bagi biota laut untuk berkembang biak. Bila tidak ada terumbu karang maka hewan laut akan kehilangan tempat berkembang biak sehingga dapat terancam kelestariannya dan kekayaan laut.
b.         Berkurangnya Jumlah Ikan
Karena kehilangan tempat tinggal maka akan berpengaruh pada berkurangnya ikan. Berkurangnya ikan maka akan berpengaruh pada hasil tanggakan nelayan yang akan puka berpengaruh pada berkurangnya pendapatan. Bila berlanjut kondisi ini akan menyebabkan kemiskinan bagi para nelayan.
c.         Hilangnya Pendapatan dari Pariwisata
Terumbu karang adalah tempat wisata yang banyak dikunjungi karena keindahannya. Kegiatan wisata ini memberi sumber pendapatan bagi warga sekitar. Rusaknya terumbu karang akan membuat penurunan pengunjung yang mengakibatkan pendapatan masyarakat sekitar dari pariwasa turun bahkan hilang.

d.         Tidak Terlindungnya Pantai dari Gelombang Laut
Terumbu karang membentuk pembatas alami yang dapat menahan dan memecah gelombang. Hal ini bermanfaat saat terjadi hurikan, topan atau tsunami. Gelombang besar akan terpecah sebelum mencapai pantai sehingga dapat mengurangi dampak bencana yang akan terjadi. Jika tidak ada terumbu karang maka pantai akan terancam abrasi atau pengikisan akibat gelombang laut, terutama saat terjadi bencana besar.
           
            Untuk mengurangi dampak-dampak tersebut maka dilakukan beberapa metode pemulihan terumbu karang, yaitu sebagai berikut:
a.         Metode Biorock
Metode Biorock adalah metode pemulihan terumbu karang yang menggabungkan teknologi dan keterlibatan masyarakat. Biorock menggunakan listrik bertegangan rendah untuk mempercepat dan memperkuat pertumbuhan karang, serta melibatkan penyelam untuk melakukan perawatan karang dan memastikan Biorock tetap berfungsi dengan baik.
b.         Strategi Pengelolaan Melalui Analisis SWOT
Menurt Ika Yusnita (2014), berdasarkan analisis dampak kerusakan dari kegiatas fisik wisatawan didapatkan hasil analisis melalui SWOT sebagi berikut:
1.                     Penetapan/pengaturan spot wisata divingdansnorkelingdisesuaikan dengan karakteristik jenis terumbu karang, daya dukung kawasan, serta tingkat keahlian menyelam wisatawan
2.         Koordinasi para pemangku kepentingan dan stakeholder dalam pemanfaatan sumberdaya laut khususnya ekosistem terumbu karang
3.         Peningkatan pengawasan terhadap pemanfaatan sumberdaya laut, khususnya ekosistem terumbu karang
c.         Transplantasi Karang
            Transplantasi merupakan teknik penanaman karang baru dengan metode fragmentasi, dimana benih karang diambil dari suatu induk. Transplantasi karang memiliki tujuan untuk mempercepat regenerasi terumbu karang yang telah rusak atau untuk memperbaiki daerah terumbu karang yang rusak, terutama untuk meningkatkan keragaman dan persen penutupan (Hariot dan Fisk, dalam Departemen Kelautan Perikanan  2002). Metode transplantasi Karang ini telah diterapkan di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu sejak tahun 2012. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat sekitar bersama dengan yayasan Terangi.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Faktor Kerusakan. https://kvp2131tika.wordpress.com/coral/faktor-kerusakan/. Diakses pada 15 Maret 2018.
Anonim. 2015. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Kepulauan Seribu Memprihatinkan. https://news.detik.com/berita/d-2229796/-kondisi-ekosistem-terumbu-karang-di-kepulauan-seribu-memprihatinkan. Diakses pada 4 Maret 2018
Anonim. 2016. Terumbu Karang Pulau Seribu. http://www.plimbi.com/article/165595/terumbu-karang-pulau-seribu. Diakses pada 17 Maret 2018

Diahviolin. 2014. Jelaskan dampak dari kerusakan terumbu karang. https://brainly.co.id/tugas/163252. Diakses pada 17 Maret 2018

Johan, Ofri. 2004. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Sebagai Sumber Daya Perikanan di Kepulauan Seribu, Jakarta. Jakarta: Badan Riset Kelautan dan Perikanan

Karissa, P Tasya. 2017. Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu Kembali Berkomitmen Pulihkan Kerusakan Terumbu Karang dengan Metode Biorock. http://www.biorock-indonesia.com/taman-nasional-laut-kepulauan-seribu-kembali-berkomitmen-pulihkan-kerusakan-terumbu-karang-dengan-metode-biorock/. Diakses pada 17 Maret 2018

Rachman T, Sukmaraharja Aulia. 2012. Kegiatan Transplantasi Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. https://sukmaraharja.wordpress.com/2012/05/16/kegiatan-transplantasi-karang-di-pulau-pramuka-kepulauan-seribu/. Diakses pada 18 Maret 2018
Yusnita, Ika. 2014. Kajian Potensi Dampak Wisata Bahari Terhadap Terumbu Karang di Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar